Countdown until next update : n/a

System: Update Aborted

Home » , , » Gunung Tropis Bersalju Abadi, Piramida Cartenz

Gunung Tropis Bersalju Abadi, Piramida Cartenz

Written By BimaShop on Tuesday, October 15, 2013 | 7:36 PM





Heinrich Harrer, penulis buku terkenal yang menulis “Tujuh Tahun di Tibet”, selalu terpesona oleh Puncak Jayawijaya di Papua. 12 tahun setelah kembali dari Tibet pada tahun 1950, Heinrich Harrer bersama dengan tiga temannya, Temple, Kippax dan Huizinga, memutuskan untuk menaklukkan Puncak Jayawijaya. Pada tahun 1962 mereka menjadi pendaki pertama yang mencapai puncak Carstensz (Jayawijaya), salah satu dari 7 gunung tertinggi di dunia.

Puncak Jayawijaya, lebih dikenal oleh para pendaki gunung sebagai Piramida Carstensz yang memiliki ketinggian 4.844 meter di atas permukaan laut, dan selama berabad-abad telah manarik minat -gletser abadi khatulistiwa terutama para petualang dan pendaki gunung yang ingin mencapai gletser. Pada 1623, seorang penjelajah Belanda, Jan Carstensz, melihat gunung yang tertutup salju dan menamakan gunung itu dengan nama belakangnya. Fenomena alam ini sangat jarang karena es alami biasanya tidak turun di sepanjang khatulistiwa. Sayangnya, penurunan gletser yang signifikan telah ditemukan pada beberapa lokasi seperti di Puncak Trikora dan Glacier Meren antara 1939, 1962 dan 1994 hingga tahun 2000. Salju abadi yang luas ini masih sangat mengagumkan.

Pendakian ke puncak memerlukan teknik khusus dan mendaki medannya hanya direkomendasikan bagi pendaki yang berpengalaman. Terdapat tiga pendakain tersulit dari lima titik pendakian. Menjadikan puncak ini sebagai salah satu puncak paling sulit untuk ditaklukan di dunia, dan puncak tertinggi antara Andes dan Himalaya, jika Anda behasil menaklukkan Puncak Carstensz maka jeritan kemenangan dan kegembiraan akan Anda teriakan di puncak Jayawijaya.

Transportasi
Ada sejumlah perusahaan yang khusus melayani perjalanan dan pendakian ke Jayawijaya. Biasanya, pendaki berkumpul di Bali dan terbang ke Timika, Papua, dan kemudian ke Nabire. Nabire adalah kota paling dekat dengan rute pendakian. Pendaki juga memiliki kesempatan untuk mengunjungi suku Dani di Lembah Baliem dalam perjalanan pulang. Perjalanan dengan operator wisata berpengalaman atau dengan pemandu sangat dianjurkan.

Garuda Indonesia, Kartika, dan Merpati memiliki penerbangan ke Papua dari Jakarta atau Denpasar,Bali. Biasanya, mereka transit di Makassar sebelum ke Sorong, Timika, atau Biak, dan sampai di Jayapura.

Garuda terbang dari Jakarta ke Timika, dan Denpasar, Bali ke Timika. Kembali ke Jakarta atau Bali, Garuda terbang dari Timika, Biak, dan Jayapura. Lion Air terbang dari Nabire ke Ambon dan kemudian ke Denpasar, Bali.

Catatan: Trigana Air, Susi Air, dan Avia Star terbang dari Timika ke Nabire.

Rute pendakian dibuka oleh penjelajah Indonesia telah dianggap sebagai rute paling aman, dimulai di desa-desa Ilaga, Boega, Hoya, Tsinga, dan beberapa desa lain yang melindunginya. Karena area pertambangan Freeport berada di zona gunung ini, membuat lebih sulit untuk mencapai puncaknya. Namun, rute ini, dikenal sebagai rute Sugapa-Suanggama, bekas pertambangan yang baik untuk dilalui oleh pejalan kaki dan pendaki.

Mengambil rute tradisional ini, pejalan kaki atau pendaki akan menghabiskan 22 hari di kaki gunung yang indah, berinteraksi dengan penduduk setempat , menikmati pemandangan indah, merasakan jalan berlumpur dan rawa, melintasi jembatan kayu, akhirnya mencapai akhir yang mendebarkan.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Indonesia Travel
Copyright © 2013 - 2017. Indonesia Travel Information - All Rights Reserved
Template Edited by Bimasoft
Proudly powered by Blogger